WELCOME To MY bLOG !!!

Jumat, 25 Februari 2011

MATEMATIKA ???!!! IIIH…NGERI!!!



            “ Allahu akbar… allahu akbar… ” terdengar suara adzan dari mesjid didekat rumah. Saya melihat jam didinding, ternyata sudah pukul 04.40. Saya segera bangun dan menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil air wudhu. Setelah itu saya lalu melaksanakan salah satu kewajiban umat Islam, yaitu shalat subuh. Setelah selesai melaksanakan shalat subuh, saya membereskan rumah yang agak berantakan dan saya juga menyempatkan diri untuk mengecek kembali buku-buku yang akan saya bawa ke sekolah.
            Pukul 06.10 tepat, saya sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Tak lupa, saya berpamitan dengan kedua orang tuaku dan mencium kedua tangannya.

            Di perjalanan menuju ke sekolah, saya mengingat-ingat semua pelajaran hari ini. Eh,,, tapi hari ini kan hari Senin,,,ya…mau tak mau semua siswa SMA 01 Unggulan Kamanre harus merasakan panasnya terik matahari hari ini. Karena kami harus melaksanakan upacara bendera.
            Hari ini saya ada pelajaran jam pertama-kedua Geografi, jam ketiga-keempat Matematika. Pelajaran yang satu ini sangat saya takuti, karena saya kurang bisa dalam pelajaran ini. Jam pelajaran kelima-keenam Bahasa Inggris, dan jam ketujuh-kedelapan pelajaran Bahasa Jepang. Kayaknya pelajaran hari ini tidak ada yang bermasalah denganku kecuali Matematika, yang biasanya membuat teman-teman saya sekelas gemetaran meskipun itu tidak ulangan dan hari ini saya juga punya PR Matematika yang belum selesai.
            Sesampai di sekolah, ternyata sudah banyak anak-anak yang datang. Saya segera menuju ke ruang Geografi. Di sana sudah banyak teman-temanku yang sebagian lagi sibuk membersihkan ruangan yang sangat kotor. Dan Icha, teman akrabku juga sudah datang. Saya lalu menuju ke bangkunya dan belum sempat saya menyapanya, dia sudah menyapaku duluan.
            “ Wy, sama ki’ duduk disini ! ” katanya, setengah berteriak.
            “ Iyo, memang mau ka’ duduk di situ. Tumben, cepat ko datang, setan apa rasuki ko? ” kata ku, bercanda.
            “ Iyo, tidak tahu kenapa ini hari cepat ka’ datang ” jawab Icha.
            “ Eh, ada PR Matematika kayaknya le’? ” Tanya Icha padaku.
            “ Iyo, ada PR ta’ selesai moko kah? Kalau saya belum selesai, karena susah sekali. Trus, lain contohnya, lain juga soalnya. Apalagi belum pi dijelaskan sama Ibu Rini ” kata ku, panjang lebar.
            “ Belum selesai ka’ juga. Tidak saya tahu juga kerjakan i “ jawabnya.
            Tidak lama kemudian, Pak Nurdin pun memanggil para siswa-siswi melalui pengeras suara, untuk berbaris di lapangan dan segera mengikuti upacara bendera. Setelah semua siswa-siswi berbaris dengan tertib dan rapi, upacara pun dimulai…
******************
            Upacara bendera telah selesai, semua siswa-siswi masuk ke kelas masing-masing.
            “ Hmm… akhirnya penderitaan untuk berdiri di bawah sinar matahari berakhir juga ” kataku, dalam hati.
            “ Ada Pak Jidin? ” Tanyaku, pada Icha.
            “ Iyo, ada. Mau mi masuk kelas. Tidak ada ji PR ta’ toh? “ tanyanya.
            “ Ada, tapi PR dua minggu yang lalu. Selesai moko kah? “ jawabku, dan balas bertanya.
            “ Oh… PR yang itu, selesai mika’, minggu lalu pi. Kalau kamu, selesai moko? “ tanyanya lagi.
            “ Iyo, selesai mika’ juga “ jawabnya.
            Tak lama kemudian Pak Jidin pun datang. Dan kami pun mulai belajar Geografi hari ini, dengan tanya jawab antar guru dan siswa.
            Jam pelajaran Geografi telah berlalu, dan sekarang waktunya saya dan teman-teman sekelas menuju kelas Matematika untuk belajar Matematika.
            “ E, de…de… belajar Matematika ki’ lagi. Ada pisse’ PR ta’. Pasti marah-marah lagi Ibu nanti “ kataku, pada Icha.
            “ Iyo, marah-marah lagi nanti itu karena tidak selesai PR ta’. Susah juga karena PR yang mau dikerjakan belum di bahas materinya “ Kata Icha, sedikit sewot.
            Sesampainya kami di ruang Matematika, saya mencari tempat duduk yang tidak terlalu di belakang, karena jika saya duduk di bagian belakang, saya kurang mengerti dengan penjelasan guru nanti. Saya kembali duduk dengan Icha di bangku kedua bagian tengah. Tak lama setelah kami berada di dalam kelas, Ibu Rini kemudian datang. Hati kami sekelas mulai gemetaran. Saya juga sudah mulai deg-degan.
            “ Ada PR nya? “ Tanya Bu Rini.
            “ Ada bu, tapi belum selesai “ jawabku dan sebagian anak-anak lainnya.
            “ Kenapa belum selesai ? “
            “ Tidak di tahu kerjakan i bu, lain contohnya, lain juga soalnya. Terus, belum pi juga di jelaskan materinya bu “ jawab temanku.
            “ Ah… urusanmu itu, makanya pelajari sendiri. Sekarang buka halaman 142, ada juga PR nya disitu toh ? “
            “ Sekarang diperiksa dengan PR nya yang halaman 147. Selesai tidak selesai, tukar PR nya dengan temannya. Jangan ada yang periksa PR nya sendiri “ kata Ibu Rini.
            Sebagian anak-anak menjadi panik, karena PR nya yang halaman 147 belum selesai. Saya juga ikut panik, karena PR ku juga belum selesai.  
            “ Sekarang, saya kasi’ko soal satu persatu. Dan yang tidak bisa menjawab akan saya alfha-kan pada jam pelajaran Matematika “ kata Ibu Rini.
            “ We,,puang… cobaan apalagi ini, mau ki’ di kasi soal satu persatu, trus tidak ada apa-apa saya tahu. Bantu ka’ nanti kalau bisa jiko le’ Icha? “ bisikku pada Icha.
            “ Iyo, saya bantu jiko itu kalau saya tahu ji juga “ kata icha.
            Ibu Rini mulai mengabsen kami satu persatu sambil memberikan soal dan langsung dijawab pada saat itu juga. Jika siswa tidak bisa menjawabnya, maka siswa tersebut akan di alfha-kan. Kini tiba giliran ku.
            “ Pratiwi Mansyur “ kata Ibu Rini, mengabsenku.
            “ Hadir Bu ! “ jawabku.
            “ Maju ke depan, catat soalnya di papan tulis dan kerjakan “ kata bu Rini memberi perintah padaku.
            “ Tuhan,, bagaimana mi ini ?? “ kata ku, gemetaran.
            “ Maju ko saja cepat “ bisik Icha.
            “ Bantu ka’ le’, kalau bisa ko “ kata ku lagi pada Icha.
            “ Insya Allah “ jawabnya.
            Saya lalu menuju ke depan papan tulis dan menulis soal yang diberikan Ibu Rini. Setelah menulis soalnya…
            “ Bu, tidak bisa ka’ kerjakan i, tidak saya tahu betul bu “ kataku, mulai takut dan gemetaran.
            “ Ah…kerjakan soalnya ! berdiri ko disitu sampai tahu “ jawab Bu Rini.
            Saya benar-benar tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan soal yang diberikan Bu Rini. Akhirnya, mungkin karena ibu Rini sudah capek melihatku berdiri, ia pun bangkit dari tempat duduknya, dan mulai mengajariku. Ia mengajariku tidak sepenuhnya. Setelah mengajariku setengah-setengah, saya disuruh untuk melanjutkannya kembali. Setelah saya mengerjakannya,  Ibu Rini lalu memeriksanya dan kemudian menyuruhku kembali duduk.
            “ Duduk moko.tapi tetap ko mengulang dan alfha hari ini “ kata Bu Rini.
            “ Kenapa mengulang bu ? na selesai mi saya kerja “ Tanya ku, pada Ibu rini.
            “ Lama sekali ko kerja itu soal “ jawabnya.
            Aku terdiam dan pasrah dengan keadaanku sekarang. Hari ini saya alfha dipelajaran Matematika. Percuma dong, saya hadir  tapi dibuku absen tetap alfha.
            Ternyata, bukan saya saja yang mempunyai nasib yang sial hari ini dipelajaran Matematika. Teman-temanku yang lain juga banyak yang mengulang dan di alpha-kan.
            “ Catat baik-baik dibuku catatan kalian, kalau ulangan harian hari Rabu. Materinya dari bab pertama hingga bab tiga yang sekarang kita pelajari “ kata Bu Rini lantang.
            “ Ya Bu… “ jawab siswa-siswi di kelas ku, pasrah dengan kenyataan yang ada.
            Oh My God !! mungkin hari Rabu nanti lebih parah dari hari ini, karena kelasku akan ulangan harian dari bab pertama hingga bab ketiga yang materinya sangat banyak, mencapai ± 100 halaman buku paket Matematika.
            Akhirnya, bel istirahat pun berbunyi. Setelah memberi salam pada Ibu Rini, kami lalu keluar kelas Matematika dan menuju ke ruangan selanjutnya yang akan kami tempati untuk belajar.
******************
            Hari Rabu….
            Hari ini adalah hari yang menakutkan bagiku. Karena hari ini, saya harus berhadapan dengan pelajaran Matematika lagi. Apalagi hari ini saya ada ulangan Matematika. Sesuai perjanjian kami dengan Ibu Rini waktu hari Senin kemarin.
            Saya sampai di sekolah bersama teman-teman yang lain dan langsung memasuki ruangan Matematika. Karena pelajaranku jam pertama adalah Matematika.
            Tak lama setelah saya memasuki ruang kelas, jam telah menunjukkan pukul 07.30. Itu artinya proses PBM telah dimulai. Tapi bel masuk tak kunjung berbunyi. Oh,,, saya baru ingat kalau sedang mati listrik. Ibu Rini juga belum ada di ruang guru, mungkin dia belum datang. Biasanya pada jam pertama, dia datang terlambat.
            Setelah menunggu kurang lebih lima belas menit, akhirnya Ibu Rini datang juga, dengan membawa buku dan sebuah tas laptop yang sangat besar.
            “ Sekarang, naikkan kertas selembar “ katanya, spontan ketika sampai di tempat duduknya.
            “ Bu, kasi’ ki’ dulu waktu untuk belajar. Lima menit saja bu, untuk mengingat-ingat “ kata Andi Wardiman, ketua kelasku.
            “ Ah, tidak ada lagi waktu untuk belajar, sekarang waktunya ulangan. Saya sudah terlambat lima belas menit, itu tadi waktunya kalian untuk belajar kembali. Tapi kenapa tidak dimanfaatkan ? “ kata Bu Rini, sedikit sewot.
            “ Sekarang, naikkan kertas selembar, kita ulangan “ kata Bu Rini lagi.
            Para siswa-siswi termasuk saya segera menaikkan kertas selembar ke atas meja. Setelah siap, Ibu Rini menuliskan soalnya di atas papan tulis.
            “ Silahkan dikerjakan. Sebelum dikerjakan, bersihkan mejanya. Jangan ada apa-apa dimejanya kecuali kertas selembar. Tangannya ditaruh diatas meja, jangan ada yang dilaci meja “ kata Bu Rini, panjang lebar.
            Semua anak-anak membersihkan mejanya masing-masing dan mulai mengerjakan soalnya.
            Beberapa saat kemudian…
            “ Sudah selesai ? kalau sudah selesai, kumpul ke sini “ kata Bu Rini.
            “ Belum Bu... “ jawabku, serempak dengan anak-anak lainnya.
            “ Kenapa belum ? susah kah soalnya ? “ Tanya Bu Rini
            “ Iya, susah Bu “
            “ Ih, kenapa susah. Na itu soal diatas sudah semua mi saya jelaskan. Makanya, kalau saya menjelaskan di depan jangan lihat yang lain. Lihat ke depan, terserah mi kau mau simak penjelasanku, mau mengkhayal, atau apa saja, yang pastinya kalau saya menjelaskan, lihat saya “ kata Bu Rini.
            Kami hanya terdiam mendengar ibu Rini berbicara.
            Saya melihat soal-soal yang saya tulis dikertas selembar. Lalu saya mulai mengerjakannya dengan memulai mengerjakan soal nomor enam yang saya anggap paling mudah diantara semua soal. Tidak lama kemudian, saya mulai pusing dengan jalan penyelesaiannya. Akhirnya saya berhenti untuk mengerjakannya. Dan melihat lagi soal-soal yang lain. Tapi saya bingung harus mengerjakan yang mana, karena saya sudah tidak tahu lagi cara penyelesaiannya. Akhirnya dengan terpaksa saya harus mengerjakannya dengan cara yang mungkin salah. Daripada kertas jawabanku kosong, mending saya mengisinya dengan kemampuan yang saya bisa.
            Akhirnya, dengan segenap perjuangan otakku, sebagian soal telah selesai saya kerjakan. Tapi saya tidak tahu, apakah pekerjaanku sudah benar atau salah. Ah… bodo’ amat ! mudah-mudahan ada yang benar.
            “ Waktunya sisa lima menit. Nanti kalau waktunya sudah habis, kumpul ke depan “ kata Bu Rini, memperingatkan siswa-siswi.
            Setelah beberapa menit, akhirnya waktunya habis juga.
            “ Waktunya habis. Sekarang kumpul ! “ kata Bu Rini.
            Anak-anak mulai mengumpulkan pekerjaannya. Sebagian anak-anak yang lain saling contek sebelum mengumpulkannya.    
            Hmm, akhirnya ulangan Matematikanya selesai juga. Tapi saya belum tahu,apakah saya mengulang atau tidak.
            Ibu Rini mulai memeriksa pekerjaan kami pada saat itu juga. Dan…
            “ Semuanya, mengulang kembali ! kenapa pekerjaannya tidak ada yang beres, error semua ! “ kata Bu Rini.
            “ Untuk pengulangannya, kerjakan kembali soal ulangan yang ada di papan tulis. Paling lambat dikumpul sehabis PBM nanti ! tidak boleh kerja sama teman, kerja sendiri “ katanya lagi.
            Saya lalu mengambil kertas selembar lagi dan menulis kembali soal yang ada dipapan tulis.
            Tak terasa, bel berbunyi, dan pelajaran Matematika pun berakhir juga.
“ E, de…de… akhirnya selesai juga ini pelajaran. Dari tadi pusing kepalaku gara-gara soalnya “ kataku, setelah keluar dari ruang Matematika.
            “ Iyo, saya juga pusing disini. Apalagi Ibu Rini kayaknya marah-marah sama kita “ kata salah seorang temanku, yang berjalan beriringan denganku menuju ruang Bahasa Indonesia.
            Saya berharap, semoga suatu saat nanti saya bisa pintar Matematika dan tidak selamanya benci dengan Matematika. Saya sadar, semakin kita benci pelajaran tersebut, maka pelajaran tersebut akan makin sulit masuk diotak kita.
******************




   
           
   
             
             




            “ Allahu akbar… allahu akbar… ” terdengar suara adzan dari mesjid didekat rumah. Saya melihat jam didinding, ternyata sudah pukul 04.40. Saya segera bangun dan menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil air wudhu. Setelah itu saya lalu melaksanakan salah satu kewajiban umat Islam, yaitu shalat subuh. Setelah selesai melaksanakan shalat subuh, saya membereskan rumah yang agak berantakan dan saya juga menyempatkan diri untuk mengecek kembali buku-buku yang akan saya bawa ke sekolah.
            Pukul 06.10 tepat, saya sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Tak lupa, saya berpamitan dengan kedua orang tuaku dan mencium kedua tangannya.
            Di perjalanan menuju ke sekolah, saya mengingat-ingat semua pelajaran hari ini. Eh,,, tapi hari ini kan hari Senin,,,ya…mau tak mau semua siswa SMA 01 Unggulan Kamanre harus merasakan panasnya terik matahari hari ini. Karena kami harus melaksanakan upacara bendera.
            Hari ini saya ada pelajaran jam pertama-kedua Geografi, jam ketiga-keempat Matematika. Pelajaran yang satu ini sangat saya takuti, karena saya kurang bisa dalam pelajaran ini. Jam pelajaran kelima-keenam Bahasa Inggris, dan jam ketujuh-kedelapan pelajaran Bahasa Jepang. Kayaknya pelajaran hari ini tidak ada yang bermasalah denganku kecuali Matematika, yang biasanya membuat teman-teman saya sekelas gemetaran meskipun itu tidak ulangan dan hari ini saya juga punya PR Matematika yang belum selesai.
            Sesampai di sekolah, ternyata sudah banyak anak-anak yang datang. Saya segera menuju ke ruang Geografi. Di sana sudah banyak teman-temanku yang sebagian lagi sibuk membersihkan ruangan yang sangat kotor. Dan Icha, teman akrabku juga sudah datang. Saya lalu menuju ke bangkunya dan belum sempat saya menyapanya, dia sudah menyapaku duluan.
            “ Wy, sama ki’ duduk disini ! ” katanya, setengah berteriak.
            “ Iyo, memang mau ka’ duduk di situ. Tumben, cepat ko datang, setan apa rasuki ko? ” kata ku, bercanda.
            “ Iyo, tidak tahu kenapa ini hari cepat ka’ datang ” jawab Icha.
            “ Eh, ada PR Matematika kayaknya le’? ” Tanya Icha padaku.
            “ Iyo, ada PR ta’ selesai moko kah? Kalau saya belum selesai, karena susah sekali. Trus, lain contohnya, lain juga soalnya. Apalagi belum pi dijelaskan sama Ibu Rini ” kata ku, panjang lebar.
            “ Belum selesai ka’ juga. Tidak saya tahu juga kerjakan i “ jawabnya.
            Tidak lama kemudian, Pak Nurdin pun memanggil para siswa-siswi melalui pengeras suara, untuk berbaris di lapangan dan segera mengikuti upacara bendera. Setelah semua siswa-siswi berbaris dengan tertib dan rapi, upacara pun dimulai…
******************
            Upacara bendera telah selesai, semua siswa-siswi masuk ke kelas masing-masing.
            “ Hmm… akhirnya penderitaan untuk berdiri di bawah sinar matahari berakhir juga ” kataku, dalam hati.
            “ Ada Pak Jidin? ” Tanyaku, pada Icha.
            “ Iyo, ada. Mau mi masuk kelas. Tidak ada ji PR ta’ toh? “ tanyanya.
            “ Ada, tapi PR dua minggu yang lalu. Selesai moko kah? “ jawabku, dan balas bertanya.
            “ Oh… PR yang itu, selesai mika’, minggu lalu pi. Kalau kamu, selesai moko? “ tanyanya lagi.
            “ Iyo, selesai mika’ juga “ jawabnya.
            Tak lama kemudian Pak Jidin pun datang. Dan kami pun mulai belajar Geografi hari ini, dengan tanya jawab antar guru dan siswa.
            Jam pelajaran Geografi telah berlalu, dan sekarang waktunya saya dan teman-teman sekelas menuju kelas Matematika untuk belajar Matematika.
            “ E, de…de… belajar Matematika ki’ lagi. Ada pisse’ PR ta’. Pasti marah-marah lagi Ibu nanti “ kataku, pada Icha.
            “ Iyo, marah-marah lagi nanti itu karena tidak selesai PR ta’. Susah juga karena PR yang mau dikerjakan belum di bahas materinya “ Kata Icha, sedikit sewot.
            Sesampainya kami di ruang Matematika, saya mencari tempat duduk yang tidak terlalu di belakang, karena jika saya duduk di bagian belakang, saya kurang mengerti dengan penjelasan guru nanti. Saya kembali duduk dengan Icha di bangku kedua bagian tengah. Tak lama setelah kami berada di dalam kelas, Ibu Rini kemudian datang. Hati kami sekelas mulai gemetaran. Saya juga sudah mulai deg-degan.
            “ Ada PR nya? “ Tanya Bu Rini.
            “ Ada bu, tapi belum selesai “ jawabku dan sebagian anak-anak lainnya.
            “ Kenapa belum selesai ? “
            “ Tidak di tahu kerjakan i bu, lain contohnya, lain juga soalnya. Terus, belum pi juga di jelaskan materinya bu “ jawab temanku.
            “ Ah… urusanmu itu, makanya pelajari sendiri. Sekarang buka halaman 142, ada juga PR nya disitu toh ? “
            “ Sekarang diperiksa dengan PR nya yang halaman 147. Selesai tidak selesai, tukar PR nya dengan temannya. Jangan ada yang periksa PR nya sendiri “ kata Ibu Rini.
            Sebagian anak-anak menjadi panik, karena PR nya yang halaman 147 belum selesai. Saya juga ikut panik, karena PR ku juga belum selesai.  
            “ Sekarang, saya kasi’ko soal satu persatu. Dan yang tidak bisa menjawab akan saya alfha-kan pada jam pelajaran Matematika “ kata Ibu Rini.
            “ We,,puang… cobaan apalagi ini, mau ki’ di kasi soal satu persatu, trus tidak ada apa-apa saya tahu. Bantu ka’ nanti kalau bisa jiko le’ Icha? “ bisikku pada Icha.
            “ Iyo, saya bantu jiko itu kalau saya tahu ji juga “ kata icha.
            Ibu Rini mulai mengabsen kami satu persatu sambil memberikan soal dan langsung dijawab pada saat itu juga. Jika siswa tidak bisa menjawabnya, maka siswa tersebut akan di alfha-kan. Kini tiba giliran ku.
            “ Pratiwi Mansyur “ kata Ibu Rini, mengabsenku.
            “ Hadir Bu ! “ jawabku.
            “ Maju ke depan, catat soalnya di papan tulis dan kerjakan “ kata bu Rini memberi perintah padaku.
            “ Tuhan,, bagaimana mi ini ?? “ kata ku, gemetaran.
            “ Maju ko saja cepat “ bisik Icha.
            “ Bantu ka’ le’, kalau bisa ko “ kata ku lagi pada Icha.
            “ Insya Allah “ jawabnya.
            Saya lalu menuju ke depan papan tulis dan menulis soal yang diberikan Ibu Rini. Setelah menulis soalnya…
            “ Bu, tidak bisa ka’ kerjakan i, tidak saya tahu betul bu “ kataku, mulai takut dan gemetaran.
            “ Ah…kerjakan soalnya ! berdiri ko disitu sampai tahu “ jawab Bu Rini.
            Saya benar-benar tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan soal yang diberikan Bu Rini. Akhirnya, mungkin karena ibu Rini sudah capek melihatku berdiri, ia pun bangkit dari tempat duduknya, dan mulai mengajariku. Ia mengajariku tidak sepenuhnya. Setelah mengajariku setengah-setengah, saya disuruh untuk melanjutkannya kembali. Setelah saya mengerjakannya,  Ibu Rini lalu memeriksanya dan kemudian menyuruhku kembali duduk.
            “ Duduk moko.tapi tetap ko mengulang dan alfha hari ini “ kata Bu Rini.
            “ Kenapa mengulang bu ? na selesai mi saya kerja “ Tanya ku, pada Ibu rini.
            “ Lama sekali ko kerja itu soal “ jawabnya.
            Aku terdiam dan pasrah dengan keadaanku sekarang. Hari ini saya alfha dipelajaran Matematika. Percuma dong, saya hadir  tapi dibuku absen tetap alfha.
            Ternyata, bukan saya saja yang mempunyai nasib yang sial hari ini dipelajaran Matematika. Teman-temanku yang lain juga banyak yang mengulang dan di alpha-kan.
            “ Catat baik-baik dibuku catatan kalian, kalau ulangan harian hari Rabu. Materinya dari bab pertama hingga bab tiga yang sekarang kita pelajari “ kata Bu Rini lantang.
            “ Ya Bu… “ jawab siswa-siswi di kelas ku, pasrah dengan kenyataan yang ada.
            Oh My God !! mungkin hari Rabu nanti lebih parah dari hari ini, karena kelasku akan ulangan harian dari bab pertama hingga bab ketiga yang materinya sangat banyak, mencapai ± 100 halaman buku paket Matematika.
            Akhirnya, bel istirahat pun berbunyi. Setelah memberi salam pada Ibu Rini, kami lalu keluar kelas Matematika dan menuju ke ruangan selanjutnya yang akan kami tempati untuk belajar.
******************
            Hari Rabu….
            Hari ini adalah hari yang menakutkan bagiku. Karena hari ini, saya harus berhadapan dengan pelajaran Matematika lagi. Apalagi hari ini saya ada ulangan Matematika. Sesuai perjanjian kami dengan Ibu Rini waktu hari Senin kemarin.
            Saya sampai di sekolah bersama teman-teman yang lain dan langsung memasuki ruangan Matematika. Karena pelajaranku jam pertama adalah Matematika.
            Tak lama setelah saya memasuki ruang kelas, jam telah menunjukkan pukul 07.30. Itu artinya proses PBM telah dimulai. Tapi bel masuk tak kunjung berbunyi. Oh,,, saya baru ingat kalau sedang mati listrik. Ibu Rini juga belum ada di ruang guru, mungkin dia belum datang. Biasanya pada jam pertama, dia datang terlambat.
            Setelah menunggu kurang lebih lima belas menit, akhirnya Ibu Rini datang juga, dengan membawa buku dan sebuah tas laptop yang sangat besar.
            “ Sekarang, naikkan kertas selembar “ katanya, spontan ketika sampai di tempat duduknya.
            “ Bu, kasi’ ki’ dulu waktu untuk belajar. Lima menit saja bu, untuk mengingat-ingat “ kata Andi Wardiman, ketua kelasku.
            “ Ah, tidak ada lagi waktu untuk belajar, sekarang waktunya ulangan. Saya sudah terlambat lima belas menit, itu tadi waktunya kalian untuk belajar kembali. Tapi kenapa tidak dimanfaatkan ? “ kata Bu Rini, sedikit sewot.
            “ Sekarang, naikkan kertas selembar, kita ulangan “ kata Bu Rini lagi.
            Para siswa-siswi termasuk saya segera menaikkan kertas selembar ke atas meja. Setelah siap, Ibu Rini menuliskan soalnya di atas papan tulis.
            “ Silahkan dikerjakan. Sebelum dikerjakan, bersihkan mejanya. Jangan ada apa-apa dimejanya kecuali kertas selembar. Tangannya ditaruh diatas meja, jangan ada yang dilaci meja “ kata Bu Rini, panjang lebar.
            Semua anak-anak membersihkan mejanya masing-masing dan mulai mengerjakan soalnya.
            Beberapa saat kemudian…
            “ Sudah selesai ? kalau sudah selesai, kumpul ke sini “ kata Bu Rini.
            “ Belum Bu... “ jawabku, serempak dengan anak-anak lainnya.
            “ Kenapa belum ? susah kah soalnya ? “ Tanya Bu Rini
            “ Iya, susah Bu “
            “ Ih, kenapa susah. Na itu soal diatas sudah semua mi saya jelaskan. Makanya, kalau saya menjelaskan di depan jangan lihat yang lain. Lihat ke depan, terserah mi kau mau simak penjelasanku, mau mengkhayal, atau apa saja, yang pastinya kalau saya menjelaskan, lihat saya “ kata Bu Rini.
            Kami hanya terdiam mendengar ibu Rini berbicara.
            Saya melihat soal-soal yang saya tulis dikertas selembar. Lalu saya mulai mengerjakannya dengan memulai mengerjakan soal nomor enam yang saya anggap paling mudah diantara semua soal. Tidak lama kemudian, saya mulai pusing dengan jalan penyelesaiannya. Akhirnya saya berhenti untuk mengerjakannya. Dan melihat lagi soal-soal yang lain. Tapi saya bingung harus mengerjakan yang mana, karena saya sudah tidak tahu lagi cara penyelesaiannya. Akhirnya dengan terpaksa saya harus mengerjakannya dengan cara yang mungkin salah. Daripada kertas jawabanku kosong, mending saya mengisinya dengan kemampuan yang saya bisa.
            Akhirnya, dengan segenap perjuangan otakku, sebagian soal telah selesai saya kerjakan. Tapi saya tidak tahu, apakah pekerjaanku sudah benar atau salah. Ah… bodo’ amat ! mudah-mudahan ada yang benar.
            “ Waktunya sisa lima menit. Nanti kalau waktunya sudah habis, kumpul ke depan “ kata Bu Rini, memperingatkan siswa-siswi.
            Setelah beberapa menit, akhirnya waktunya habis juga.
            “ Waktunya habis. Sekarang kumpul ! “ kata Bu Rini.
            Anak-anak mulai mengumpulkan pekerjaannya. Sebagian anak-anak yang lain saling contek sebelum mengumpulkannya.    
            Hmm, akhirnya ulangan Matematikanya selesai juga. Tapi saya belum tahu,apakah saya mengulang atau tidak.
            Ibu Rini mulai memeriksa pekerjaan kami pada saat itu juga. Dan…
            “ Semuanya, mengulang kembali ! kenapa pekerjaannya tidak ada yang beres, error semua ! “ kata Bu Rini.
            “ Untuk pengulangannya, kerjakan kembali soal ulangan yang ada di papan tulis. Paling lambat dikumpul sehabis PBM nanti ! tidak boleh kerja sama teman, kerja sendiri “ katanya lagi.
            Saya lalu mengambil kertas selembar lagi dan menulis kembali soal yang ada dipapan tulis.
            Tak terasa, bel berbunyi, dan pelajaran Matematika pun berakhir juga.
“ E, de…de… akhirnya selesai juga ini pelajaran. Dari tadi pusing kepalaku gara-gara soalnya “ kataku, setelah keluar dari ruang Matematika.
            “ Iyo, saya juga pusing disini. Apalagi Ibu Rini kayaknya marah-marah sama kita “ kata salah seorang temanku, yang berjalan beriringan denganku menuju ruang Bahasa Indonesia.
            Saya berharap, semoga suatu saat nanti saya bisa pintar Matematika dan tidak selamanya benci dengan Matematika. Saya sadar, semakin kita benci pelajaran tersebut, maka pelajaran tersebut akan makin sulit masuk diotak kita.
******************




   
           
   
             
             



Tidak ada komentar:

Posting Komentar